Minggu, 04 November 2012

My Diary

tiga tahun sudah aku dan suami membina rumah tangga ini. Tahun pertama, adalah bahagia yang aku rasakan. Mungkin suami ku juga merasakan kebahagiaan yang sama. Walaupun kami terpisah jarak, namun komunikasi kami lancar saat itu. Semua fasilitas teknologi modern sangat mendukung komunikasi kami saat itu. Demi Allah! aku gak pernah sebahagia ini sebelumnya. 
     Tapi keadaan berubah saat memasuki tahun kedua. Saat itu suamiku sedang sakit dan kami sedang berada di rumah salah seorang family di kota Lima Puluh Asahan. Sudah dua hari suamiku sakit dan gak bisa bangkit dari ranjang. Karena kami sedang berada di sebuah kota kecil, aku hanya bisa mendatangkan seorang mantri untuk mengobati penyakit suamiku. Aku urus dia dengan kasih sayang dan rasa kasihan yang dalam. Karena selama ini, aku belum pernah melihatnya sakit. Paling hanya pilek dan batuk. Dua hari itu suamiku hanya terbaring saja, bahkan  membuka matanya pun dia sulit. 
     Satu saat aku ke mobil untuk mengambil sesuatu, saat itulah aku mendengar ada bunyi getaran. Aku buka dashboard mobilku. Ternyata getaran itu dari handphone suamiku yang di silent kan. Aku beranikan diri untuk membukanya. 
Gubraaaakkkk.....jantungku berdetak hebat....darah naik ke kepala hingga kepalaku terasa panas karena darah yang seperti mendidih!!!
gimana gak?? di hp nya tertulis sebuah sms "koq mati lagi hp nya pa?"
dan sms berikutnya "apa mama gak boleh menghubungi papa lagi?"
Ya Allah!!!!! sakiiiiitt kali jantungku rasanya. Dengan emosi yang membara, aku balasi sms itu. Dan jadilah kami saling sms. Tapi aku menyamar sebagai suamiku. Aku ingin tau siapa perempuan itu, dimana alamatnya. Dan akhirnya aku dapat semua informasi tentang perempuan itu serta alamatnya. Aku bilang "papa sedang di jakarta nih ma, mama mau oleh-oleh? minta lah alamat rumah mama, nanti oleh-olehnya papa paketkan aja. Papa kan gak tau alamat lengkapnya walaupun papa sering ke rumah mama". Perempuan itu gak curiga sedikitpun dan memberi alamat lengkapnya plus kode pos. Ya Allah!!! dia tinggal gak jauh dari rumah kami. Tapi aku gak bisa melacaknya saat itu. Karena kami sedang di luar kota. Saat itu masih sore. Aku masuk menemui suamiku. Kupandangi dia dengan perasaan bercampur aduk. Marah, benci, sedih, kecewa, kasihan! Aku atur nafas ini supaya bisa cooling down.
Suamiku memanggilku untuk duduk di dekatnya. Dipeluknya pinggangku, dia bilang "jangan jauh-jauh dari papa, ma". hufffftttt....ada perasaan muak saat mendengar kata-katanya itu. Dan sebutan panggilan itu: papa-mama, udah gak istimewa lagi terdengar di telingaku. Ternyata bukan aku saja yang mendapat sebutan itu.
Ingin aku membahas soal sms itu, tapi aku kasihan dengan keadaannya. Hhh kapan lah dia sembuh, supaya segera bisa membicarakan masalah itu. Aku tahan...aku pendam...dan tertumpah sebagai tangisan. Lama sekali rasanya malam ini waktu berjalan. Aku menunggu pagi dengan harapan esok pagi suamiku udah agak baikan, jadi bisa aku bahas masalah itu. Dan aku dengan pikiran berkecamuk, tentu saja gak bisa tidur. Jam 4 dini hari suamiku terbangun. Matanya yang dengan susah payah dibuka mencari-cari keberadaanku karena gak didapatinya aku tidur di sampingnya. Matanya menemukan aku duduk di kursi. "koq gak tidur ma?" Aku mendekat. Dia melihat mataku yang sembab karena menagis semalaman. "mama kenapa?"
Dhuuaaarrrr.....pecah tangisku saat itu....gak sanggup aku tahan lagi. Aku tumpahkan semua uneg-uneg dan perasaan yang menghimpit dadaku. Suamiku yang beberapa hari ini gak sanggup buka mata, dini hari itu dia langsung terduduk, salah tingkah, lemah lunglai. Dia menjelaskan tapi penjelasan itu gak masuk akal dan sangat tidak jelas. Dia langsung punya tenaga untuk mengemasi barang-barang pribadinya. Duduk di kursi dan mungkin dia juga ingin agar pagi segera menjelang. Benar saja, begitu hari mulai terang, dia pamit ke family ku untuk pulang lebih dulu. Tentu saja ini mengagetkan semua family ku. Karna mereka lihat, untuk jalan saja suamiku masih terhuyung-huyung. Tapi suamiku ngotot juga untuk pulang lebih dulu naik bus umum. Biar nanti aku saja yang bawa mobil pulang.
Keinginannya tidak bisa dibendung. Dan dia pulang tanpa penjelasan berarti yang dia tinggalkan untukku. Bahasa tubuhnya menunjukkan gerakkan bahwa apa yang dijelaskan hanya sebuah kebohongan. Satu saat dia bilang itu sms dari temannya yang iseng, Satu saat lagi dia bilang itu sms dari bekas tetangganya dulu semasa remaja, dan keadaannya temannya itu memprihatinkan. Dan dia gak tau kenapa teman masa remajanya itu sms demikian. Padahal suamiku hanya berniat menolong keadaannya yang ditinggal suami. Di satu masa yang lain, suamiku menyalahkan aku yang memulai sms ke perempuan itu. Padahal kejadiannya tidak demikian. Karena lebih dulu aku dapati sms perempuan itu memanggilnya papa, makanya tergerak aku untuk menyelidik lebih jauh.
     Dia pulang. Sepanjang jalan, gak ada kabar yang dia kirim ke aku. (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar