Senin, 05 November 2012

Senin, 5 Nov 2012

Senin, 5 Nov 2012, 19:04
Nah lhoo...kan bener apa yang aku khawatirkan. Tadi saat aku sedang di halaman lihat montir perbaiki mobil adikku, bu RT lewat mo antar anaknya ke dokter gigi. Karena melihatku, dia pun berhenti memanggilku. Dia bertanya tentang orang kemaren yang memang sempat singgah ke belakang mencari rumah sewaan. 
"Apa bener orang itu adiknya bapak, bu?" tanyanya. serta merta aku menjawab, "bukan ah...cuma kenal gitu aja"
"Iya bu, kami pun gak percaya dia adik bapak, saya langsung kasih kode ke ibu yang punya rumah, supaya gak nerima orang itu menyewa rumahnya. Kelihatan statusnya gak jelas".....deg, untung aja gak aku terima di rumahku. Apa jadinya kalo wanita itu aku terima tinggal sementara di rumahku.
"Iya bu, kami juga gak kenal baik, dan status mereka kami juga gak tau. Mereka cuma nanya sama kami, ada rumah mo disewain gak? Jadi kami tunjukkan rumah belakang, karena rumah kami yang di sebelah kan belum rampung." Duhh...terpaksa bohong, demi nama baik suamiku. Gak mungkin kayaknya aku ceritain yang sebenarnya. Takut mereka akan menilai suamiku juga, teman kayak gitu koq dibantu. 
Seperginya bu RT, adikku bertanya ada apa. Aku ceritain apa adanya. Wahh,,,adikku malah komen, "udahlah kak, kan udah kami pesan, jangan ada lagi terima orang tinggal di rumah kakak. Jangan biarkan orang lain memasuki wilayah rumah tangga kakak. Apapun alasannya, walaupun sementara. Belajarlah dari pengalaman yang sudah-sudah. Kemaren aja kami sempat heran, tumben kakak memperbolehkan orang lain walaupun masih saudara tinggal di rumah kakak, padahal yang kami tau, kakak itu gak bersedia ditumpangi dan gak mau numpang tempat orang lain. Tapi karena kakak bilang, saudara itu ada disini sebagai tukang masak untuk makan anggota kerja abang, yaa kami bisa ngerti. Tapi lihat kan apa yang terjadi??" Yaahh....memang itu masa lalu yang amat pahit! Kejadian yang amat menyakitkan!  Demi Allah! jangan sampai terulang lagi dalam hidupku! Memang sejak itu aku udah komitmen dan bersumpah! Aku gak akan pernah lagi nerima siapapun untuk tinggal di rumahku walaupun sementara!! Kecuali hanya berkunjung dan menginap semalam dua malam. Gak bisa dikasih hati! 
Memang aku memegang prinsip, aku gak akan tinggal menumpang di rumah orang lain. Dan andai keadaan mengharuskan aku menumpang sementara, aku harus memanjakan si empunya rumah dan membuatnya senang. Karena aku gak suka berhutang budi. Pernah karena keadaan, aku harus menumpang tinggal di rumah adik suamiku. Selama disana, aku melakukan apapun yang gak biasa aku lakukan. Seperti membantu mereka memasak. Selama aku hidup sendiri, aku sangat jarang sekali masak. Dan selama sebulan aku tinggal di rumah adik iparku itu, aku yang menanggung uang belanja dapur setiap hari. Kebetulan adik iparku seorang janda. Sekalian selama disana aku meringankan beban mereka. Dan hampir setiap hari aku bawa keponakanku ke swalayan atau plaza buah. Aku bebaskan mereka mau beli apa kebutuhan harian mereka, atau mereka mau makanan apa. Dan aku manjakan mereka dengan setiap hari minum susu import. Drastis! satu bulan aku disana, aku menghabiskan uang 18juta!! Aku buatkan adik ipar itu sumur bor, karena sumur bornya yang lama udah gak bisa dipakai lagi. Aku tambah modal warungnya. Aku suplay susu untuk ibu mertuaku. Aku ingin mereka senang selama aku disitu. Aku ingin keberadaanku disana berkesan. Dan yang penting, aku gak mau berhutang budi.
Yaahh....seperti itulah aku kalo memang sangat terpaksa harus menumpang di tempat orang. Aku harus punya uang. Kalo gak punya uang, mending gak usah numpang. Dan itu pun karena suamiku yang keberatan kalo aku tinggal di hotel. Dia wanti-wanti aku harus tinggal di rumah adiknya.
Sejak dulu memang. Sejak aku remaja. Aku memang gak suka kalo ada orang lain yang tinggal di rumah orang tuaku, kecuali keluarga inti. Saat orang tuaku mau bantu membiayai sekolah anak-anak saudaranya, ya dibantu aja, aku gak setuju kalo mereka yang dibiayai itu ikut tinggal di rumah orang tuaku. Mungkin karena udah sifatku, sampai aku menikah dan berpisah dengan suami pertamaku, aku lebih enjoy untuk tetap tinggal berdua dengan anakku. Biarpun harus ngontrak sana sini. Bukan karena ingin bebas melakukan kegiatan negatif! Bukan!! Karena lebih enjoy aja hidup sendiri, mengatur rumah tangga sendiri. Mau bangun tidur jam berapa, terserah. Pekerjaan rumah mau dikerjakan kapan aja terserah....pokoknya terserah aku!! Tapi dimanapun aku tinggal, aku belum pernah dikatain atau dicemooh orang sebagai janda ganjen atau janda gak beres!! Cuma satu gosip yang pernah aku dengar. Seperti yang pernah aku ceritakan sebelum ini. Aku pernah digosipin sebagai lesbian. Karena aku gak pernah kedatangan tamu laki-laki di rumahku. Tapi ini khusus dan pengecualian. Aku menerima M seorang teman wanita ku untuk tinggal di rumahku. Ini sangat-sangat pengecualian. Bukan!! Bukan karena kami pasangan lesbian!! Demi Allah kami masih normal!! Aku sangat merasa cocok berteman dengan M. Karena dia patuh, malah dia ku haruskan sholat kalo mau tinggal di rumahku. Tugas M sehari-hari antar jemput sekolah anakku. Dan aku tetap dengan keseharianku yang "terserahku", walaupun M tinggal denganku. Kemanapun pergi kami selalu bertiga, aku, M dan anakku. M sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Mungkin karena tampilan M yang tomboy, sampai isu lesbian itu pun beredar. Tapi aku sempat terganggu dengan isu itu. Aku minta M untuk tidak tinggal dirumahku lagi. Tapi beberapa minggu kemudian, aku merasa bodoh, kenapa harus takut dengan anggapan orang kalo kami memang bukan lesbian! Akhirnya aku panggil lagi M untuk tinggal di rumahku. 
Seumur hidupku, aku hanya punya 3 orang teman akrab, I, L dan M. I adalah teman akrab semasa anak-anak. L teman akrab ku semasa aku baru berpisah dengan suami pertamaku. Kemudian aku berkenalan dengan M. Aku jadi jarang mau bertemu dengan L. Karena sebenarnya aku kurang nyaman saat berteman dengan L. Lebih banyak dia yang nyuruh-nyuruh aku. Karena L lebih tua dari aku. Yaah itulah aku....aku merasa nyaman berteman dengan orang yang mau patuh dan menuruti aturanku. Assalammualaikom....met malam......

Minggu, 04 November 2012

Minggu, 4 Nov 2012

minggu, 4 nov 2012 pukul 22.41 wib
Mataku udah lelah....tubuh udah letih seharian banyak yang aku kerjakan sebagai ibu rumah tangga. Padahal aku sendirian, tapi pekerjaan rumah rasanya koq gak habis-habis ya? Tapi sekarang saatnya aku istirahat. Cuma rasa ingin menulisku memanggil-manggil untuk membuka blog pribadiku ini dan menulis new entry.
Dari pada ngubek-ngubek di fb dan suamiku gak suka aku fb-an, lebih baik aku nulis di blog ini.
Menyinggung tentang suamiku. semenjak siang tadi sampe larut malam ini gak ada kabar dari dia. Mungkin dia marah karena aku menolak pacar temannya untuk tinggal di rumah kami. 
Biar aja lah....semoga aja dia segera mengerti dengan keputusanku. Kan itu untuk kebaikan kami juga.
Cuma ini yang bisa aku tulis malam ini. Menunggu sms atau telf dari suami sering berakhir kecewa. Entah dia ada ingat aku atau tidak saat berada di luar sana. Tapi tahun-tahun belakangan ini, komunikasi kami memang memburuk. Kadang sampai berhari-hari dia gak menanyakan kabarku. Ya sudahlah.....mungkin udah nasibku.....met malam all

Minggu, 4 Nov 2012

minggu, 4 nov 2012 jam 18.41
tadi siang saat aku mandi setelah ngeberesin kamar anak gadisku, ada suara yang memanggil diluar. ada tamu. tapi aku belum selesai mandi. aku lanjutkan aja mandi, kupikir, kalo sangat perlu, orang itu pasti nunggu aku keluar. 
selesai mandi, aku intip siapa yang mo bertamu itu. sepertinya wajah orang itu gak asing buatku. saat aku berpikir, rupanya orang diluar itu tau kalo aku ngintip hehehe...."jangan takut aku adik bang H***"katanya menyebut nama suamiku. baahh apa dia kira aku gak tau siapa-siapa aja adik suamiku? saat itu aku baru ingat, itu teman fb suamiku. pantes wajahnya gak asing. wajahnya sering muncul di beranda fb suamiku. ku tanya maksud kedatangannya. dan saat yang bersamaan, hp ku bunyi. suamiku nelf. dia marah-marah karena dari tadi nelf gak ku angkat. yaahh mana aku dengar...wong aku di kamar mandi. suamiku menyebutkan maksud kedatangan temannya kesini, yaitu mau lihat rumah kami yang kosong di sebelah. Dia mau sewa rumah itu buat selingkuhannya. waahh padahal rumah itu belum selesai. Dan yang paling mengejutkanku, kalo temannya itu gak mau di rumah sebelah, suamiku udah menawarkan pada temannya untuk menempatkan selingkuhannya di rumahku menempati kamar anak gadisku, yang saat ini memang gak tinggal lagi dengan ku karena pindah sekolah ke kota lain ikut neneknya.
Terang aja aku gak setuju. Dan suamiku sepertinya marah karena aku gak setujui keinginannya.
Padahal aku mikir panjang, mereka pasangan yang gak jelas, entah menikah atau tidak. memang yang laki-laki gak ikut tinggal disini, tapi kan pastinya akan mengunjungi selingkuhannya disini. Dan mereka akan bercengkrama di kamar anak gadisku! Baahh!!! mana bisa hal itu terjadi di rumahku. Dosa-dosa bekas maksiat kami dulu di rumah ini aja belum tentu diterima Allah pertobatanku. Sekian lamanya kami tinggal di rumah ini tanpa pernikahan yang syah! Yang namanya dosa perzinahan entah berapa kali kami lakukan di rumah ini. Tapi alhamdulillah sekarang kami udah menikah walaupun secara siri. Dan sekarang ini adalah saat-saat buatku melebur dosa dengan rajin beribadah. Semoga diterima oleh Yang Kuasa.
Jadi gak mungkin kan rumah ini kembali dikotori oleh orang yang sama sekali gak ada hubungan sodara dengan kami?
Belum lagi tanggapan tetangga nanti terhadap kami. waahhh...bapak dan ibu itu koq gitu yaaa??? koq menampung pasangan selingkuh??? kan gak enak nantinya......
Lagian aku tuh paling gak suka kalo di rumahku ada orang lain yang tinggal dengan ku. Apalagi bukan sodara. Aku paling gak nyaman, aku bakal menenggang saat makan, saat nonton tv, dan saat-saat yang lain. Kalo aku sendirian kan aku bebas di rumahku sendiri. mau duduk gmana, mau tiduran, mau males-malesan, mau bangun jam berapa....pokok nya gak harus ada basa-basi. Begitu juga sebaliknya, aku pun gak suka tinggal di rumah orang lain, sekali pun sodara. Aku gak bisa jadi diri ku sendiri. Gak bisa bebas merokok, gak bebas mo bangun jam berapa. Yang jelas aku suka sendiri. Memang dari dulu hidup aku sendiri, walaupun dengan anakku, tapi itu kan bukan orang lain. Jadi bisa dibilang hidup sendiri. 7 tahun hidup sendiri, mandiri, uang ada, kendaraan ada, biarpun rumah ngontrak, tapi aku gak ribet dengan masalah laki-laki. Gak capek mikirin laki-laki, gak harus melayani laki-laki. Nyaman!! Cuma ngurus anak dan salon. Pelanggan salon ku khusus wanita. Jadi nyaman! Gak pernah sampai di telingaku aku janda kuik-kuik haha....malah mereka gosipin aku ini janda lesbian karena dekat dengan mince dan gak suka laki-laki! hahaha......gak sehat ya!!! tapi aku masih sehat wal'afiat! cuma waktu itu aku memang gak butuh suami! Suami itu cuma bikin ribet! belum lagi kalo suami bertingkah! waduuuhhhh .... bikin gak bisa tidur!!!
Yodahlah!!! intinya aku suka sendirian. Kalo pun ada yang aku butuh untuk nemani aku cuma suami atau anakku! Aku juga gak suka kalo di saat yang bersamaan ada suami dan ada anakku. Contohnya aja saat nonton tv, aku gak suka nonton bertiga. Ada suami dan ada anakku. Mereka akan berebut chanel. Aku gak tau mau bela siapa. Suamiku? atau anakku? 
Tapi saat suami dan anak ku gak ada di rumah, aku lebih suka sendiri. Bahkan aku gak suka kalo ada tetangga yang bertamu sekedar mau ngobrol ngalor ngidhol aja...buang-buang energi dan waktu! Tapi hubunganku dengan tetangga cukup baik. Walaupun aku penyendiri, aku tetap luangkan waktu untuk ikut majlis taqlim, arisan, dan sesekali main ke rumah tetangga sekedar say hallo aja...kalo aku yang ke rumah mereka kan aku bisa atur waktunya, berapa menit aja aku duduk di situ, lalu pamit pulang. Yang penting jangan ada kesan sombong dan gak bergaul.
Mungkin karena aku dan suami belum terlalu lama tinggal bersama dan lalu jadi suami istri, suamiku belum begitu tau sifat-sifat pribadiku yaa....dan suamiku itu pun termasuk kategori suami yang cuek dan kayag gak mau tau hobby, sifat dan kesukaan istrinya. Dia taunya pulang ke rumah, kasih jatah lahir bathin dan pergi lagi. Karena suamiku itu bukan milik pribadi. Dia punya istri pertama di tempat lain.

My Diary

tiga tahun sudah aku dan suami membina rumah tangga ini. Tahun pertama, adalah bahagia yang aku rasakan. Mungkin suami ku juga merasakan kebahagiaan yang sama. Walaupun kami terpisah jarak, namun komunikasi kami lancar saat itu. Semua fasilitas teknologi modern sangat mendukung komunikasi kami saat itu. Demi Allah! aku gak pernah sebahagia ini sebelumnya. 
     Tapi keadaan berubah saat memasuki tahun kedua. Saat itu suamiku sedang sakit dan kami sedang berada di rumah salah seorang family di kota Lima Puluh Asahan. Sudah dua hari suamiku sakit dan gak bisa bangkit dari ranjang. Karena kami sedang berada di sebuah kota kecil, aku hanya bisa mendatangkan seorang mantri untuk mengobati penyakit suamiku. Aku urus dia dengan kasih sayang dan rasa kasihan yang dalam. Karena selama ini, aku belum pernah melihatnya sakit. Paling hanya pilek dan batuk. Dua hari itu suamiku hanya terbaring saja, bahkan  membuka matanya pun dia sulit. 
     Satu saat aku ke mobil untuk mengambil sesuatu, saat itulah aku mendengar ada bunyi getaran. Aku buka dashboard mobilku. Ternyata getaran itu dari handphone suamiku yang di silent kan. Aku beranikan diri untuk membukanya. 
Gubraaaakkkk.....jantungku berdetak hebat....darah naik ke kepala hingga kepalaku terasa panas karena darah yang seperti mendidih!!!
gimana gak?? di hp nya tertulis sebuah sms "koq mati lagi hp nya pa?"
dan sms berikutnya "apa mama gak boleh menghubungi papa lagi?"
Ya Allah!!!!! sakiiiiitt kali jantungku rasanya. Dengan emosi yang membara, aku balasi sms itu. Dan jadilah kami saling sms. Tapi aku menyamar sebagai suamiku. Aku ingin tau siapa perempuan itu, dimana alamatnya. Dan akhirnya aku dapat semua informasi tentang perempuan itu serta alamatnya. Aku bilang "papa sedang di jakarta nih ma, mama mau oleh-oleh? minta lah alamat rumah mama, nanti oleh-olehnya papa paketkan aja. Papa kan gak tau alamat lengkapnya walaupun papa sering ke rumah mama". Perempuan itu gak curiga sedikitpun dan memberi alamat lengkapnya plus kode pos. Ya Allah!!! dia tinggal gak jauh dari rumah kami. Tapi aku gak bisa melacaknya saat itu. Karena kami sedang di luar kota. Saat itu masih sore. Aku masuk menemui suamiku. Kupandangi dia dengan perasaan bercampur aduk. Marah, benci, sedih, kecewa, kasihan! Aku atur nafas ini supaya bisa cooling down.
Suamiku memanggilku untuk duduk di dekatnya. Dipeluknya pinggangku, dia bilang "jangan jauh-jauh dari papa, ma". hufffftttt....ada perasaan muak saat mendengar kata-katanya itu. Dan sebutan panggilan itu: papa-mama, udah gak istimewa lagi terdengar di telingaku. Ternyata bukan aku saja yang mendapat sebutan itu.
Ingin aku membahas soal sms itu, tapi aku kasihan dengan keadaannya. Hhh kapan lah dia sembuh, supaya segera bisa membicarakan masalah itu. Aku tahan...aku pendam...dan tertumpah sebagai tangisan. Lama sekali rasanya malam ini waktu berjalan. Aku menunggu pagi dengan harapan esok pagi suamiku udah agak baikan, jadi bisa aku bahas masalah itu. Dan aku dengan pikiran berkecamuk, tentu saja gak bisa tidur. Jam 4 dini hari suamiku terbangun. Matanya yang dengan susah payah dibuka mencari-cari keberadaanku karena gak didapatinya aku tidur di sampingnya. Matanya menemukan aku duduk di kursi. "koq gak tidur ma?" Aku mendekat. Dia melihat mataku yang sembab karena menagis semalaman. "mama kenapa?"
Dhuuaaarrrr.....pecah tangisku saat itu....gak sanggup aku tahan lagi. Aku tumpahkan semua uneg-uneg dan perasaan yang menghimpit dadaku. Suamiku yang beberapa hari ini gak sanggup buka mata, dini hari itu dia langsung terduduk, salah tingkah, lemah lunglai. Dia menjelaskan tapi penjelasan itu gak masuk akal dan sangat tidak jelas. Dia langsung punya tenaga untuk mengemasi barang-barang pribadinya. Duduk di kursi dan mungkin dia juga ingin agar pagi segera menjelang. Benar saja, begitu hari mulai terang, dia pamit ke family ku untuk pulang lebih dulu. Tentu saja ini mengagetkan semua family ku. Karna mereka lihat, untuk jalan saja suamiku masih terhuyung-huyung. Tapi suamiku ngotot juga untuk pulang lebih dulu naik bus umum. Biar nanti aku saja yang bawa mobil pulang.
Keinginannya tidak bisa dibendung. Dan dia pulang tanpa penjelasan berarti yang dia tinggalkan untukku. Bahasa tubuhnya menunjukkan gerakkan bahwa apa yang dijelaskan hanya sebuah kebohongan. Satu saat dia bilang itu sms dari temannya yang iseng, Satu saat lagi dia bilang itu sms dari bekas tetangganya dulu semasa remaja, dan keadaannya temannya itu memprihatinkan. Dan dia gak tau kenapa teman masa remajanya itu sms demikian. Padahal suamiku hanya berniat menolong keadaannya yang ditinggal suami. Di satu masa yang lain, suamiku menyalahkan aku yang memulai sms ke perempuan itu. Padahal kejadiannya tidak demikian. Karena lebih dulu aku dapati sms perempuan itu memanggilnya papa, makanya tergerak aku untuk menyelidik lebih jauh.
     Dia pulang. Sepanjang jalan, gak ada kabar yang dia kirim ke aku. (Bersambung)